KisahKriminalTanpa Kategori

Bupati Solok Minta Korban Sodomi Oleh Oknum Guru di Pompes M. Natsir Agar Tidak Dikucilkan

×

Bupati Solok Minta Korban Sodomi Oleh Oknum Guru di Pompes M. Natsir Agar Tidak Dikucilkan

Sebarkan artikel ini


SOLOK, JN– Bupati Solok,  H.  Epyardi Asda,  meminta para korban sodomi atau kelainan seksual oleh seorang onum guru yang mengajar di Pompes M.  Natsir, Alahan panjang tidak dikucilkan dan sebaiknya didampingi oleh bagian perlindungan anak. 


“Kita berharap kasus sodomi oleh oknum guru itu bisa diusut tuntas dan pelaku bisa ditahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, ” harap H. Epyardi Asda,   saat mengunjungi Pondok Pesantren M.Natsir Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti,  Rabu sore (16/6).

Pada kesempatan itu,  Bupati juga meminta bagian perlindungan anak dan perembuan untuk mendampingi korban dan mengembalikan mental dan kepercayaan diri korban serta meminta masyarakat untuk tidak membully dan mengucilkan para korban.
Sebagaimana diketahui,  seorang guru magang di  Pondok Pesantren Muhammad Natsir, Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, diduga menyodomi belasan anak di Alahan Panjang. 

Guru magang dengan inisial MS (26) tersebut, berasal dari Madura,  Jawa Timur dan diduga telah menyodomi belasan santri di Pondok Pesantren Muhammad Natsir.
Perbuatan oknum guru tersebut,  telah membuat resah para orang tua dan masyarakat Alahan Panjang. 
Bahkan Kamis siang lalu, unsur Forum Koordinasi Pimpinan di Kecamatan (Forkopimcam), menggelar rakor membahas masalah tersebut. 
“Perbuatan pelaku telah merusak nama nagari dan generasi muda di Alahan Panjang.  Kami meminta aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas masalah ini, ” papar Walinagari Alahan Panjang,  Zulkarnaini,  disela-sela pembahasan masalah tersebut. 
Menurut Walinagari,  perbuatan pelaku yang merupakan seorang guru sangat tidak terpuji. 
 Semua korban merupakan warga Jorong Galagah, Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Hal itu baru diketahui setelah sejumlah tokoh masyarakat Alahan Panjang melaporkan ke Sat Reskrim Polres Solok, beberapa waktu lalu. 

Baca Juga :
Dinas PUPR Kabupaten Solok Lakukan "Rambah" Akses Jalan Menuju Kecamatan Tigo Lurah


Dari keterangan salah seorang sumber di Pondok Pesantren M Natsir, MS  diketahui masuk ke Pondok Pesantren M Natsir atas rekomendasi dari salah satu donatur Ponpes. MS hingga saat ini masih bujangan dan sebelumnya juga menjadi guru/pengasuh di salah satu pesantren di pulau Jawa. Meski hingga saat ini, baru sembilan anak yang mengaku menjadi korban, namun diyakini ada belasan anak yang menjadi korban penyimpangan seksual pelaku
 Salah seorang tokoh masyarakat yang berdomisili di sekitar pondok pesantren,  Us Dt Pangulu mewakili orang tua para korban, menyebutkan bahwa terungkapnya kejadian bejat oknum guru ini, berawal dari laporan dan pengakuan salah seorang korban kepada orang tuanya. Menurutnya, salah seorang korban mengeluhkan rasa sakit saat buang air besar. Bahkan, dirinya sampai mereka menangis karena kesakitan.
Berdasarkan pengakuan salah seorang anak tersebut, para orang tua yang laim menindaklanjuti kejadian dengan bertanya kepada anak mereka masing-masing. Hasilnya hingga saat ini sudah ada 9 orang anak yang mengaku telah disodomi oleh MS. “Kita minta aparat hukum untuk memproses masalah ini, ” sebut Us Dt Pangulu.

Kabar tersebut kemudian menyebar dan membuat masyarakat sekitar geram. Sejumlah warga kemudian meminta keterangan dari pihak pondok pesantren. Namun, saat ditanya, pihak pondok pesantren justru mengaku bahwa pelaku sudah disuruh pergi dari pesantren tersebut. 

Baca Juga :
Difasilitasi Pemkab Solok, Pihak Aqua Mau Menerima Karyawan Yang di PHK, Namun Prosesnya Terhenti Karena Eks Karyawan Menggugat ke PHI

“Pelaku sudah lari dan kami sudah meapor ke Polsek, tapi diminta melapor ke Polres Solok di bagian Reskrim. Tapi sepertinya pihak Yayasan dan pengelola pondok Pesantren yang menyuruh pelaku pergi,” ungkapnya.
Menurut keterangan dari sejumlah warga, tindakan pelaku terjadi secara berulang-ulang dan sejak dua minggu sebelum Bulan Ramadhan lalu. Kemudian berlanjut hingga beberapa hari terakhir. Para korban diketahui merupakan siswa SD yang berada di dekat Pondok Pesantren. Diketahui, para korban sering bermain ke tempat tinggal pelaku di lokasi pondok pesantren. 


Untuk menjalankan aksi bejatnya, pelaku mengiming-imingi korban dengan game (permainan) di ponselnya. Beberapa korban juga diimingi menghisap rokok elektrik milik pelaku. Setiap selesai menjalankan aksi bejatnya, para korban juga diancam pelaku untuk tidak melapor ke orang tuanya masing-masing dan pihak manapun.

Kapolres Solok AKBP Azhar Nugroho, S.IK, SH, M.Si melalui Kasat Reskrim Iptu Rifki Yudha Ersanda, S.TK, S.IK mengakui pihaknya sudah menerima laporan dari perwakilan orang tua korban dan tokoh masyarakat yang anaknya menjadi korban atas dugaan tindakan pencabulan tersebut.


“Laporannya sudah kita terima dan sudah kita tindak lanjuti. Tadi, saat kita identifiksi keberadaan pelaku, yang bersangkutan, kemungkinan pulang ke Madura. Ini akan kita follow up terus,” tuturnya (wan) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.