SOLOK,JN – Telah dua tahun, Irzal Ilyas tidak menjadi Walikota Solok, mantan seorang pelaut tersebut ternyata tidak menghilang. Irzal Ilyas masih memiliki aktivitas di Kota Solok, dan aktif sebagai tokoh masyarakat yang “dibenci” sekaligus “dirindukan”. Kini dia aktif dengan usahanya.
Ketika bertemu dengan Koran Padang disebuah warung kopi beberapa waktu lalu, Irzal Ilyas menceritakan gaya kepemimpinanya, yang membuat dirinya dibenci sekaligus disayangi oleh warga. Dikatakanya ketika menjadi Wakil Walikota Solok pada periode 2005-2010 dan Walikota Solok periode 2010-2015, dia dikenal sebagai sosok yang keras. Sebagai putra daerah pertama dan satu-satunya yang menjadi Walikota Solok, Irzal Ilyas manancapkan gaya baru dalam pemerintahan.
Keras, tegas, tanpa komporomi adalah gaya Irzal Ilyas yang membuatnya dibenci dan dirindukan masyarakat. Ketika masih kecil Irzal mengaku didik disiplin, sehingga dirinya tidak pernah neko-neko. Bahkan ketika diterpa isu Walikota “Pelit”, si raja tega dan sebagainya oleh lawan politiknya, sehingga membuat dirinya dibenci, Irzal Ilyas tetap mempertahankan karakternya, sebab dia yakin berpahit-pahit dahulu demi daerah untuk tujuan yang baik,”meskipun mendapat isu seperti itu, saya tidak rela mengorbanan karakter saya, segala yang saya lakukan demi daerah,”katanya kepada Koran Padang.
Setelah tidak lagi menjadi Walikota, Irzal saat ini lebih fokus membina usahanya. Ketua DPC Partai Demokrat Kota Solok itu, kini disibukan dengan usaha pencucian dan salon mobil, serta sebuah mini market, di Kelurahan KTK, Kota Solok. “Saya sekarang hanyalah warga biasa, sekarang saya bisa lebih dekat dengan keluarga yang telah 15 tahun ditinggalkan, kemudian dengan membuka usaha saya berharap dapat tetap beraktivitas, serta dapat membuka lapangan pekerjaan,”kata Irzal.
Irzal bercerita masa mudanya dihabiskan di laut, 15 lebih sejak tahun 1983 hingga 1998, sebagai Kepala Kamar Mesin (KKM), dia hanya bisa pulang sekali setahun. Irzal berkutat dengan urusan teknis mesin kapal. Idaman tertinggi bagi seorang pelaut adalah berkumpul dengan keluarga. Hingga memiliki simpanan yang lumayan, oleh sebab itulah Irzal Ilyas tetap ingin bekerja, meski bukan lagi Walikota,”Saya tidak mau berdiam diri, karena itu bukan karakter saya, saya selalu ingin bekerja,”kata Irzal Ilyas.
Meskipun bergelar mantan Walikota Solok, Irzal tidak malu mengerjakan pekerjaan “rakyat” dipencucian mobil miliknya, adik kandung Brigjend Pol Edmon Ilyas ini malah mengaku bangga. “dengan usaha seperti itu, saya bisa dekat dengan dengan keluarga, sanak saudara dan masyarakat,”katanya.
Tidak pernah malu dengan usahanya, meskipun banyak masyarakat yang mengkritisi, walau tidak lagi menjadi seorang pejabat, Irzal merintis usahanya dan melakukanya sendiri bahkan hingga hal yang remeh-temeh. Seperti mengangkat pasir dan cadas dengan gerobak, membersihkan tempat, dan membangun sistem layanan pada pelangan. Irzal mengaku dengan usahanya sekarang dia mendapat penghasilan antara Rp 500 hingga Rp 700 ribu rupiah perhari.
“Saya gak malu, pekerjaan apapun itu, yang penting halal. Saya hanya malu jika mencuri atau mengemis. Saya harus bekerja, itulah hidup, meski tidak lagi menjadi pejabat, saya tetap harus membiayai hidup, pengeluaran saya perbulan sekeluarga rata-rata 25 juta perbulan, bisa sebesar itu karena tiga anak saya sedang kuliah di Jakarta, dan sekarang saya masih mencicil rumah,”kata Irzal Ilyas.
Terkait kerinduan masyarakat tentang kepemimpinannya, Irzal Ilyas mengaku juga mendengar hal itu. Bahkan, secara khusus sejumlah pejabat aktif dan mantan-mantan pejabat serta pegawai di Pemko Solok, sering mengeluhkan hal ini kepadanya. Namun, secara diplomatis Irzal selalu mengatakan agar bersabar dan beradaptasi. Karena setiap pemerintahan punya gaya tersendiri.
“Itu adalah teknis birokrasi dan gaya kepemimpinan masing-masing. Saya sangat kenal dengan Zul Elfian, karena dulu adalah wakil saya dan sebelumnya, beliau juga asisten bidang pemerintahan. Jadi beliau adalah birokrat senior di Pemko Solok. Komunikasi saya dengan beliau juga tetap bagus hingga kini. Niat beliau tentu juga ingin membawa Kota Solok ke arah lebih baik. Meski pola dan gaya kepemimpinannya berbeda dengan saya. Jadi bersabarlah,” ujarnya.
Selama lima tahun menjadi orang nomor satu di Kota Solok, Pemko Solok bertabur prestasi di tingkat nasional. Total ada 32 penghargaan yang diraih. Termasuk penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI untuk pertama kalinya dalam sejarah Kota Solok, sejak berdiri pada tahun 1970. Namun, taburan penghargaan ini, justru dipelintir menjadi isu oleh lawan-lawan politiknya, yang menyatakan penghargaan-penghargaan itu berkat uang pelicin.
“Saya sangat menekankan aparatur agar bekerja sesuai Tupoksi. Alhamdulillah dapat 32 penghargaan dan itu saya jamin tanpa uang pelicin. Kalau ada neko-neko, tentu saat ini saya tidak nyaman berada di Kota Solok. Meski saya punya rumah di Padang dan Jakarta. Saya memang bukan ahli agama, tapi saya orang beragama. Setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan. Tidak hanya kepada manusia, tapi juga kepada Allah,” ujarnya.
Selain penghargaan itu, Irzal Ilyas juga dinilai berjasa dalam meletakkan pondasi pendidikan, kesehatan hingga ekonomi di Kota Solok. Seperti Jaminan kesehatan untuk seluruh warga Kota Solok, yang lebih dulu dari Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) di tingkat pusat. Lalu sekolah gratis dan tanpa pungutan sejak SD hingga SLTA. dalam “mengembalikan” aset-aset Kota Solok, dengan mekanisme tukar guling dengan Pemkab Solok. Seperti Kantor Dinas Pertanian, Kantor Partai Golkar, lokasi yang menjadi Kantor Pol PP sekarang dan sejumlah aset Pemkab Solok lainnya yang berada di Kota Solok.
Mengenai isu yang berkembang tentang masalah pembagian proyek di Kota Solok, Irzal menyatakan hal itu tinggal ketegasan dari pimpinan daerah. Menurutnya, proyek-proyek merupakan kegiatan yang murni eksekutif. Sementara legislatif adalah sebagai pengawas. “Dulu, saya sangat tega tidak memberikan proyek-proyek ke kader dan Partai Demokrat. Kalau mau ikut, harus profesional, ikuti proses dan prosedur. Tidak boleh ada pengondisian, apalagi prakondisi terhadap tender maupun PL. Sehingga, tidak ada proyek yang bermasalah. Semua orang memang cenderung melanggar aturan. Jangankan aturan pemerintahan, aturan agama pun dilanggar. Kuncinya adalah bertegas-tegas,” ujarnya.
Terkait keinginannya untuk maju di Pilkada Kota Solok 2021, Irzal Ilyas mengungkapkan dirinya saat ini belum berfikir sejauh itu. Saat ini di samping fokus ke usaha, sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Kota Solok, dirinya memilih fokus terlebih dahulu ke pemilihan legislatif (Pileg) 2019. Mengenai kerinduan masyarakat agar dirinya kembali maju di Pilkada 2021, Irzal mengaku akan mengevaluasi sejumlah kelemahan yang membuatnya kalah di Pilkada 2015 lalu. Salah satunya adalah tidak dekatnya tim dan dirinya dengan media massa. “Media massa sangat penting. Saya akui, itu adalah kelemahan saya dulu. walikota sekarang naik dan populer karena media. Karena itu, walikota sekarang berutang budi ke pihak media. Pelajaran paling berharga itu adalah pengalaman,” tutupnya.(GoaVan)