SOLOK, JN– Wabah Covid-19 yang melanda seluruh dunia, sangatlah berpengaruh terhadap segala bidang termasuk dunia Pendidikan.
Namun sejak bulan Juni 2020 kita sudah Memasuki era new normal. Masyarakat Indonesia kini mulai menjalani aktivitas sehari-harinya seperti biasa, demi menjaga keselamatan dan kesehatan para siswa,
Sejumlah sekolah menerapkan sistem online atau virtual tanpa tatap muka langsung. Sistem ini juga dikenal dengan sistem pembelajaran daring. pembelajaran daring adalah metode belajar dengan menggunakan model interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS), seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan lainnya.
Ketua ORARI Solok, Nasril In Dt Malintang Sutan, SH, menjelaskan bahwa dimasa pandemi seperti sekarang ini berbagai tingkatan institusi pendidikan terpaksa mengambil kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sistem belajar dalam jaringan (daring). Mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan universitas.
Siswa maupun guru diperkenankan melaksanakan proses pembelajaran dari rumah masing-masing. Belajar secara daring tentu memiliki tantangannya sendiri.
“Siswa bukan hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Faktor keberadaan fasilitas pendukung menjadi sangat sentral bagi keberhasilan belajar daring. Jika siswa tidak bisa difasilitasi peralatan pendukung, seperti ponsel, laptop, komputer, atau bahkan jaringan internet baik WiFi maupun kuota internet, maka siswa akan sulit mengikuti pembelajaran,” sebut Nasril.
Jadi tidak semua anak didik memiliki perangkat android maupun jaringan internet yang memadai untuk belajar secara online.Berangkat dari hal ini kami dari Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) Kota Solok dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Solok mencoba menawarkan solusi kepada Pemerintah Daerah Kota Solok dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk memfasilitasi belajar menggunakan Radio.
“Kami menilai belajar melalui alat komunikasi Radio tidak memakan biaya atau tidak membebankan biaya kepada orang tua murid tanpa memikirkan kuota atau paket internet. Melalui belajar dengan media Radio para siswa masih bisa berkomunikasi dengan gurunya secara langsung walaupun tidak bertatap muka. Selain itu para guru sangat gampang memantau muridnya yang sedang belajar di rumah masing-masing,” tutut Nasril.
Lebih jauh dijelaskan Nasril, untuk penggunaan HT (Handy Talky) dapat dilaksanakan secara berkelompok minimal 5 orang siswa untuk satu buah HT yang terhubung dengan gurunya. Setidaknya untuk satu lokal yang terdapat 30 orang murid cukup dengan 6 buah HT dengan jumlah murid per satu kelompok dengan jumlah 5 orang.
Siswa dapat berkomunikasi langsung dengan guru dan mendengarkan arahan maupun materi pelajaran dari gurunya. Selain itu guru dapat memberikan tugas secara langsung melalui alat komunikasi Hp dan dikumpulkan satu kali dalam seminggu.
“Kami rasa dengan menggunakan alat komunikasi HT ini salah satu jalan keluar yang bisa dilakukan siswa untuk tetap mengikuti proses belajar mengajar di saat pandemi. Siswa masih bisa belajar bersama teman-temannya dengan menggunakan HT, asal jangan terlalu berkerumun dan selalu mengikuti protokol kesehatan dengan baik,” papar Nasril.
Penggunaan alat komunikasi HT, tentunya sangat mendukung siswa sebab orang tua siswa,tidak harus selalu mengingatkan anaknya ketika waktunya belajar dan orang tua tidak merasa kuatir akan penyalahgunaan Hp untuk bermain game bagi anak-anaknya (jn01/wahyu)