SOLOK, JN- Bupati Solok, H. Gusmal hari Sabtu (8/8), mengunjungi rumah, Indra Yeka tukang Ojek Yang saat ini menderita kebutaan dan Tidak bisa mendengar serta beraktivitas lagi.
Indra Yeka (36), merupakan warga Pasar Usang, Nagari Koto Gadang Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, yang menderita kebutaan dan tidak bisa mendengar lagi, sejak beberapa bulan terakhir, usai divonis dokter mengalami sakit Tumor Otak, kini tidak lagi bisa beraktivitas.
Pada kesempatan itu, Bupati Gusmal berpesan agar Indra Yeva bersabar dalam menghadapi ujian yang diderita dan tetap ootimis semua itu adalah ujian dari Allah, SWT.”Semoga semua ujian ini ada hikmahnya dan kita akan bersama-sama dalam mencari jalan keluar dan mengatasinya agar Indra Yeva bisa sembuh kembali,” harap H. Gusmal.
Bupati juga menyebutkan bahwa yang dibutuhkan Indra saat ini adalah biaya untuk menunggu di Rumah Sakit karena untuk Operasi yang bersangkutan juga peserta BPJS Kesehatan.
Siangnya, Ikatan Alumni SMP Negeri 3 Gunung Talang, Kabupaten Solok, Angkatan 2000, juga sudah mengunjungi rumah Indra Yeka.
Indra Yeka yang berprofesi sebagai tukang Ojek, tidak bisa lagi melihat dan nendengar, usai divonis dokter mengalami sakit Tumor Otak, kini tidak lagi bisa beraktivitas.
Indra Yeka juga merupakan alumni SMP Negeri 3 Gunung Talang angkatan tahun 2000 tersebut.
Rombongan Alumni 2000 tersebut datang untuk memperlihatkan rasa kepedulian dan solidaritas mereka kepada kepada sahabat mereka yang ditimpa musibah tersebut.
Rombongan Alumni tahun 2000 datang ke rumah Indra Yeka, dipimpin langsung oleh Ketua Alumni Angkatan tahun 2000, yakni Robby Edwar dan wakil Ketua Yil Kasri, Bendahara Retno Setyaningtyas dan Sekretaris Kiki Aulia Azhari serta puluhan alumni angkatan 2000 tersebut.
“Kunjungan ini jelas rasa menunjukan rasa simpati kami kepada rekan Indra Yeka yang mengalami musibah seperti ini,” sebut Robby Edwar. Pihaknya bersama kawan-kawan alumni berharap Indra Yeka, bisa sembuh kembali seperti semula.”Kami ingin sedikit berbagi dengan Indra Yoka dan mudah-mudahan sahabat yang lain juga nanti bisa menyusul memberi bantuan untuk meringankan beban dia,” papar Robby, yang juga diamini rekannya yang hadir.
Bantuan yang diberikan merupakan hasil sumbangan sahabat alumni tahun 2000 yang tersebar di seluruh tanah air dan luar negeri.
Pihaknya mengaku juga sudah berkoordinasi dengan Ketua Umum Alumni Semua Angkatan, Sofriwandy NR untuk memberikan sumbangan tersebut. Dan saat ini, alumni SMP 3 Gunung Talang juga sedang menggalang dana untuk diberikan kepada Indra Yeka.
Sedangkan pada hari Jum’at kemaren (7/8), rombongan dari pemerintah Nagari Koto Gadang Guguak, juga sudah datang membezuk Indra Yeka dan juga dengan membawa bantuan. Sementa
Indra Yeka memang membutuhkan biaya yang besar untuk berobat bahkan hingga ratusan juta rupuah. Namun kini dia harus terbaring lemah di kediamannya di kawasan Pasar Usang, Nagari Koto Gadang Guguk, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok atau tidak jauh dari kediaman Bupati Solok.
“Alhamdulillah, kawan-kawan dan rekan-rekan Indra Yeka ikut berpartisipasi membantu melalui rekening yang saya buka dan ada juga yang mau datang langsung ke rumah Indra,” terang Arwita Marni, Koordinator Alumni SMP 3 Gunung Talang, warga Gurun, Jorong Pasar Baru Nagari Koto Gadang Guguak, yang ikut berpartisipasi membuka rekening donatur untuk Indra Yeka.
Selain di Nagari Guguak, warga Nagari Cupak dibawah koordinator Mai Depi dan Lisa Nopela, juga ikut mengumpulkan sumbangan.”Ini masalah kemanusian bukan untuk tenar. Jadi kami akan terus berusaha mengumpulkan dana untuk membantu sudara kita Indra Yeka,” tutur Mai Depi.
Bantuan bisa dikirim melalui rekening BRI dengan Nomor5543 01 012555 53 3 atas nama Mai Depi dan Rek BRI dengan nomor555201011853539 atas nama Lisa Nopela. Semua bantuan yang terkumpul akan disumbangkan kepada Indra Yeka. Bahkan masyarakat umum juga sudah banyak yang ikut berpartisipasi membantu Indra Yoka.
Selain itu, koordinator untuk Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, juga sudah terbentuk melalui koordinator Salmi Hayati.”Kita benar-benar terenyuh usai membaca berita tentang nasib yang menimpa saudara kita di Pasa Usang Koto Gadang Guguak. Mudah-mudahan semakin banyak dermawan yang membantu,” tutur Salmi Hayati.
Salmi juga berharap semakin banyak donatur dan dermawan yang akan tergugah hatinya untuk membantu Indra Yeka.Sementara Kepsek SMPN 3 Gunung Talang, Yenni, S.Pd, bersama majelis guru, juga ikut menyumbang mengumpulkan dana untuk Indra Yeka. Bahkan uang yang terkumpul akan digabung dengan sumbangan alumni dan rencananya akan diserahkan Selasa depan (11/8).
“Kita benar-benar prihatin mendengar cerita dan nasib yang dialami Bapak Indra setelah membaca berita Koran Padang,” sebut Yenni, S.Pd.
Saat ini Indra tinggal bersama ibu dan adiknya. Sementara isterinya, sudah pulang ke rumah orang tuanya semenjak Indra Yeka tidak bisa lagi beraktivitas.
Orang tua Indra, yakni Lisnar (63 tahun) awalnya seperti disambar petir disiang bolong ketika mendengar penjelasan dokter bahwa agar bisa mendapatkan alat bantu pendengaran untuk anaknya bisa didapatkan dengan harga Rp30 juta, Rp80 juta atau Rp120 juta.
“Jangankan untuk membeli alat bantu semahal itu, untuk biaya transportasi berobat ke rumah sakit saja kami sudah tak punya lagi. Ini benar-benar ujian bagi kami,” terang Lisnar kepada Koran Padang.
Lisnar, sehari-hari bekerja sebagai buruh tani yang harus berhenti bekerja karena anaknya Indra Yeka, tiba-tiba buta dan tuli usai operasi tumor di kepala. Sementara suaminya sudah meninggal tahun 1990-an silam.
Bebannya kian berat dalam usianya yang kian menua, setelah anaknya menderita buta dan tuli akibat tumor otak yang dialaminya.Bahkan sekarang bukan saja buta dan tuli, lututnya pun mulai membengkak, dan kian besar. Hanya keajaiban dan uluran tangan para dermawanlah yang bisa menolong anaknya.
Indra Yeka tidak pernah menduga bakal mengalami nasib seperti ini. Ayah dari dua anaknya, harus menjalani kehidupan yang begitu getir. Sebelum dioperasi, ia bekerja sebagi tukang ojek di sekitar tempat tinggalnya di Guguak.
Ketika mengetahui ada pembengkakan di kepala bagian belakang, dekat leher. Ia pun berobat hingga akhirnya dioperasi di RSUD Arosuka menjelang lebaran 1441 H lalu. Usai operasi kondisinya tidak semakin membaik, tetapi kian tidak berdaya. Penglihatannya mulai kabur, pendengarannya pun tidak lagi berfungsi dengan baik.
Sekarang Indra sama sekali tidak bisa melihat dan mendengar.
Seharusnya Senin kemaren (3/8) ia harus membawa Indra Yeka ke RSU M. Djamil Padang untuk kontrol rutin. Namun apa hendak dikata, jangankan dana untuk beli alat, untuk biaya transportasi ke Padang saja tidak ada lagi.
“Selama ini masih ada bantuan tetangga dan hasil kerja sebagai buruh tani, sejak Indra Yeka sakit, sayapun berhenti bekerja,” jelas Lisnar yang didampingi anaknya Hendra Fauzi, adik dari Indra Yeka.
Sementara dokter di M.Djamil Padang sudah menjelaskan penyakit Indra Yeka. Ia mengalami tumor otak. Karena itu harus menjalani operasi. Namun sebelum dioperasi, Lisnar harus membawa anaknya untuk kontrol dua atau tiga kali seminggu. Bukan satu dokter yang harus ditemuinya, tapi ada beberapa dokter karena dokter mata, telinga dan syaraf, sekarang ada lagi pembengkakan di lutut.
“Sekali ke Rumah Sakit minimal harus ada dana Rp500.000,” ujar Lisnar pilu.
Dana tersebut hanya untuk transportasi. Ia harus menyewa mobil seharian. Sekali pergi Rp350.000, karena tidak bisa membawa anaknya yang kini sudah buta dan tuli, kaki sakit turun naik bus umum. Belum lagi biaya makan. Karena itulah, setelah melakukan kontrol sebanyak enam kali, kali ini tidak bisa berangkat karena tidak ada lagi ongkos ke Padang.
“Kalau kontrol ke RSUD Arosuka, masih kami usahakan,” ujar Lisnar.
Untuk ke RSUD Arosuka, ia mengeluarkan ongkos ojek Rp30.000 karena ‘ditenggang’ oleh tukang ojek lainnya. Namun kalau ke Padang, biaya transportasi meningkat lebih dari 1000 persen, sementara penghasilannya tidak ada. Apalagi kerja ke sawah dan ladang orang tidak bisa lagi dilakukannya.
“Kebutaan dan tuli ini sudah dialaminya sejak 1.5 bulan lalu,” jelas Lisnar.
Dalam kondisi terpuruk seperti ini, Lisnar tidak tahu lagi harus mengadu kepada siapa. Sementara menantunya, istri Indra Yeka, sudah kembali pula ke rumah orangtuanya. Karena itulah, ia harus berjuang untuk menjaga anaknya.
“Anak saya memang tidak mampu lagi membiayai hdup keluarga,” jelasnya.
Sejak Indra Yeka sakit, ia lah yang merawatnya. Lisnar didak bisa meninggalkan Indra Yeka sendirian di rumah. Adik Indra Yeka, Hendra Fauzi bekerja sebagai karyawan catering di kawasan Gunung Talang. Sebagai pekerja harian, Hendra berusaha untuk membantu biaya hidup orang tuanya. Namun untuk membawa kakaknya berobat dua atau tiga kali seminggu ke rumah sakit di Padang, penghasilannya tidak cukup.
Kini Lisnar dan Indra Yeka hanya bisa berdoa, sembari mengharapkan uluran tangan kita semua untuk meringankan bebannya.
Bagi donatur yang ingin meringankan beban Indra Yeka bisa menghubungi nomor 0812-3306-6118 atas Hendra Fauzi, adik Indra Yeka atau kirim donasi pembaca yang budiman ke nomor rekening alumni SMP 3 Gunung Talang dengan nomor rekening 555201017749534 atas nama Arwita Marni (wandy)